Masih ingat 'gladiator'? Ia merupakan salah satu film favorit saya. Masih terekam dalam benak saya, ucapan Commodus Patricide, tatkala bermaksud mengurangi pengaruh Senat Romawi, dengan pernyataannya, "Berikan pada rakyat apa yang mereka sukai. Maka mereka akan menyerahkan hatinya padamu".
Commodus tentu bukanlah raja yang bijaksana. Terlihat dari kedengkiannya pada Maximus Decimus Meridius, seorang Jendral Besar di Roma, masa pemerintahan Kaisar Marcus Aurelius, hingga rela mengotori tangannya dengan melakukan pembunuhan secara brutal terhadap keluarga Maximus. Maka memberikan pada rakyat apa yang mereka sukai, akan mengalihkan perhatian rakyat pada kelemahan yang dia miliki. Dan karena rakyat Romawi saat itu adalah pecandu gladiator, maka kompetisi gladiator tingkat negara pun rutin digelar. Memperebutkan piala Kaisar tentu saja.
Ajakan untuk mendukung komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban baru dunia sudah terdengar lama. Namun frekwensinya baru terasa gempita satu bulan belakangan ini. Terlebih Sidomuncul melalui penampilan para artisnya , rutin mengisi tayangan iklan layanan umum di televisi. Berbagai slogan pun akrab di telinga.
"Dukung Komodo, Ketik Komodo kirim ke 9818" "Vote for Komodo" Bahkan yang paling heroik, "Dukung RI: Ketik KOmodo kirim ke 9818, Gratis...!"
Siapapun boleh mendukung komodo. Tak ada satupun undang-undang yang melarangnya. Namun kiprah para aktivis (mantan) politik dalam hal ini patut dicermati. Mirip saat hajatan piala AFF 2010 kemaren. Sebelumnya tak pernah ada dukungan masyarakat yang begitu besar terhadap kesebelasan nasional Indonesia. Namun gelaran kemaren menuai dukungan dari seluruh lapisan, tak peduli kaya ato miskin, artis, pegawai, pelajar, pengangguran, politikus bahkan pejabat, tumplek blek memenuhi stadion gelora.
Melihat animo masyarakat yang begitu besar, politikus pun mulai berhitung. Sesumbar Nurdin Halid (meski belum pasti juara) bahwa keberhasilan timnas Indonesia menembus final adalah andil Partai Golkar, memancing reaksi dari lawan-lawan politiknya. Maka dimulailah babak baru. Episode menggulingkan Nurdin. Semua berebut untuk menempatkan orangnya pada pucuk kepemimpinan PSSI.
Sama halnya dengan gempita piala AFF kemaren, saat ini masyarakat Indonesia sedang ephoria untuk mendukung Komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia. Tanpa bermaksud untuk menilai keikhlasan mereka dalam mengkampanyekan dukungan pada Komodo, namun Komodo telah menjadi isu besar. Isu nasionalisme. Dan sejak dulu , isu nasionalisme dekat sekali bahkan beririsan dengan isu politik.
Berikut aktivitas beberapa tokoh nasional maupun lokal yang terlibat aktif dalam mengkampanyekan dukungan terhadap komodo, secara kronologis sebagai berikut:
- Jusuf Kalla, mantan wapres RI, saat ini menjadi vote getter dan duta besar pulau komodo. Bapak yang masih cekatan ini bahkan langsung bergerak cepat dengan menggandeng tiga operator besar untuk menurunkan tarif sms dukungan dari Rp1000 menjadi Rp1.
- Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI, dalam sela peresmian Bandara Internasional Lombok mengajak seluruh menteri di jajaran kabinetnya dan publik untuk ikut mendukung Komodo masuk dalam nominasi 7 keajaiban dunia versi New7Wonders. Caranya dengan vote SMS 9818 untuk semua operator.
- Mahfud MD dengan gaya khasnya berkata, "Kita sudah mendukung semua agar Komodo masuk ke tujuh keajaiban dunia. Pak Jusuf Kalla juga sudah bagus menjadi Duta Komodo, saya kira bagus," kata dia di Gedung MK, Jakarta, Kamis malam 6 Oktober 2011.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Manggarai Barat (Mabar), melalui ketuanya Mateus Hamsi, S.Sos dalam sidang paripurna DPRD, Kamis (20/10/2011). meminta masyarakat untuk mengirimkan sms ke nomor 9818 sebagai bentuk dukungan untuk komodo masuk dalam new seven wonders.
- Pentingkah status komodo sebagai keajaiban dunia?
"Bisa penting karena komodo dan pulau-pulau sekitar, khususnya Flores dan NTT, bakal jadi jujukan wisatawan dunia. Makin banyak turis, tentu saja ekonomi di NTT bisa meningkat. Angka kemiskinan yang tinggi, predikat NTT sebagai Nusa Tetap Tertinggal atau Nasib Tidak Tentu, bisa perlahan-lahan hilang".
- Bagaimana bila tidak menang?
"andaikata tidak berhasil, si komodo ini tetap saja binatang purba yang hanya ada di bumi Indonesia. Dan itu sudah suatu keajaiban dunia, tanpa perlu pemungutan suara, polling SMS, mobilisasi e-mail, dan sebagainya. Masih banyak cara untuk mempromosikan komodo tanpa harus terjebak permainan pihak-pihak tertentu di luar negeri yang punya kepentingan bisnis di balik proyek 'keajaiban dunia' itu."
- Bagaimana dengan metode pengiriman SMS untuk menentukan pemenang?
"Lucu juga kalau status 'keajaiban dunia' diperoleh dari jumlah SMS. Kalau SMS-nya kurang, status 'keajaiban' itu hilang, digeser daftar lain yang mungkin kalah bobot dibandingkan binatang purba bernama komodo itu".
- Bagaimana perasaan anda melihat gencarnya dukungan pada komodo?
"Sebagai orang NTT, saya tentu saja sangat bangga melihat kampanye besar-besaran untuk si komodo. Sejak jadi provinsi sendiri pada 20 Desember 1958, komodo menjadi lambang NTT. Tapi, anehnya, orang-orang NTT sendiri hampir tidak pernah melihat langsung binatang komodo itu. Kecuali tentu saja penduduk Pulau Komodo, Rinca, Labuan Bajo, dan sebagian Kabupaten Manggarai".
- Mengapa begitu?
"Karena di NTT tidak ada kebun binatang. Komodo-komodo itu biasanya dikirim untuk koleksi kebun binatang di Jawa, Sumatera, atau luar negeri. Saya sendiri, yang asli NTT, pertama kali melihat komodo justru di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur".
- Bagaimana respon Pemda NTT dalam mengelola 'keajaiban dunia" ini?
"Pemda NTT sendiri setahu saya sejak dulu kurang optimal menjadikan Pulau Komodo dan sekitarnya sebagai pusat wisata unggulan NTT. Baru-baru ini saja setelah ada proyek 'keajaiban dunia' baru ada geliat".
Ditulis oleh Julianto Supangat dalam Komodo.